Saat ini, hampir
semua majelis taklim di Jakarta memiliki kesenian marawis. Mereka
belajar seni marawis di Kampung Arab di Pasar Minggu. Satu grup marawis
sedikitnya terdiri dari 10 orang. Setiap orang menabuh alat musik sambil
bernyanyi atau bersholawat. Ada yang menabuh marawis, menabuh hajir,
tamborin dan dumbuk. Seni marawis juga bisa diisi dengan tarian (samar),
tari-tarian dilakukan jika ada acara-acara khusus.
Dalam Katalog
Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan DKI, 1997, terdapat tiga jenis
pukulan atau nada, yaitu zapin, sarah, dan zahefah. Pukulan zapin
mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti lagu
berbalas pantun. Nada zapin adalah nada yang sering digunakan untuk
mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat). Tempo
nada zafin lebih lambat dan tidak terlalu menghentak, sehingga banyak
juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu.
Pukulan sarah
dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan zahefah mengiringi lagu di
majlis. Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk irama yang
menghentak dan membangkitkan semangat. Dalam marawis juga dikenal
istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan ngangkat. Selain
mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis
juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar